Review Film Evergreen Love (Shokubutsu Zukan)


Siapa yang udah nonton film ini dan merasa seperti terlahir kembali? muehehe lebay ewh. Evergreen Love ini merupakan film tahun 2016 yang baru gue tonton tahun 2018, ya ampun telat dua taon. Jujur sebenernya gue udah lama donlod film ini sekitar awal tahun 2017 tapi entah kenapa emang paling bahagia pas proses donlod mendonlodnya gara-gara ada wifi gratis, eh pas udah pada numpuk jadi agak mager gitu nontonnya, alhasil dianggurin semua muehehe :’)

Ini juga merupakan film pertama yang gue tonton dengan Gun-chan alias Takanori Iwata sebagai pemeran utama prianya. Hati ini tergerak untuk menonton setelah melihat beberapa foto Gun-chan yang ikemen abis muehehe lebay ewh. Dan akhirnya gue bisa namatin film ini :)

Mitsuki Takahata (Sayaka)

Takanori Iwata (Itsuki)
Evergreen Love berkisah tentang seorang wanita bernama Sayaka (Mitsuki Takahata) yang bekerja di agen penjualan rumah. Jadi kalo lu mau nyari rumah atau tempat tinggal gitu datang aja ke kantor ini nanti direkomendasiin rumah cem apa yang bagus. Si Sayaka ini punya kehidupan yang bisa dibilang flat dan menyedihkan gara-gara terkadang dia suka kesusahan sama klien yang lagi cari rumah dan akhirnya dia dimarahi bos besar.

Tapi perlahan kehidupannya berubah ketika Sayaka bertemu dengan Itsuki (Takanori Iwata). Gue suka banget-banget sama adegan di mana Sayaka nemuin Itsuki di tempat parkir sepeda deket rumahnya Sayaka. Si Itsuki yang tergeletak di tanah gitu aja dikira udah mati atau pingsan, tapi kemudian Itsuki bangun dan bilang ke Sayaka: “Nona, jika kamu tidak keberatan maukah kamu memungutku?” sambil menaruh kepalan tangannya di atas lutut Sayaka yang lagi duduk.

Nah mulai dari situ mereka berdua tinggal bareng di rumah Sayaka, btw Sayaka tinggal sendiri soalnya orang tua dia cerai dan mamanya nikah lagi, jadi dia ga mau ngerepotin mamanya. Lanjut, si Itsuki ini jago banget masak. Pokoknya liatin setiap adegan di mana Gun-chan lagi masak itu merupakan sebuah kebahagiaan muehehe lebay ewh tapi serius :) Selama tinggal bareng Sayaka, Itsuki ini yang selalu masak buat makan mereka berdua karena Sayaka sendiri emang ga bisa masak. Itsuki juga yang ngebuatin bekal buat Sayaka kalo pergi kerja dan supaya ga ngebebanin Sayaka, Itsuki pun bekerja paruh waktu.

Beberapa kali kesempatan di sepanjang film, ada adegan di mana Itsuki dan Sayaka pergi ‘berburu’ ke tempat-tempat di alam terbuka gitu untuk nyari bahan-bahan dari tumbuhan yang bisa mereka ambil buat dimasak. Di setiap scene inilah jujur gue benar-benar ngerasa nonton sesuatu yang magical. Seriusan ya muehehe… Gue ga tau apa yang kalian rasain kalo nonton adegan itu tapi yang pasti kata ‘ajaib’ adalah apa yang gue rasain sepanjang film ini.



Gue ngerasa sesuatu yang wow kalo ngeliat mereka berburu, sesuatu yang wow kalo ngeliat proses pengolahan tumbuhan itu untuk dimasak, dan sesuatu yang wow waktu mereka makan bersama hasil perburuannya. Dan kadang-kadang cukup menggugah selera juga buat nyobain masakannya Itsuki muehehe… Di setiap perburuan itu, Itsuki juga suka fotoin macem-macem tumbuhan liar yang ditemuinya. Di sini Sayaka cukup bingung kenapa Itsuki yang meminta untuk ‘dipungut’ dan kelihatan ga punya tempat tinggal, tapi dia bisa punya kamera bagus buat memfoto tumbuh-tumbuhan yang mereka lihat.

Ending film sebenernya udah bisa ketebak ya, walau ada konflik yang cukup mengejutkan di hampir seperempat jalan cerita dan ujung dari konflik ini bisa dikatakan plot twist. Jadi waktu Itsuki tinggal bareng Sayaka ini dia bilang kalo dia akan menetap selama enam bulan dan setelahnya dia bakal pergi. Nah di sinilah yang ngagetinnya kalo si Itsuki itu bener-bener pergi dan ga pernah nampakin lagi batang hidungnya di depan Sayaka selama satu tahun lamanya. Tuh orang beneran kayak ilang ditelan bumi. Gue yang nontonnya aja sedih, ga terima gitu dong, apalagi si Sayaka. Padahal sebelum kepergian Itsuki, mereka berdua udah saling suka dan ngungkapin perasaan masing-masing loh, kan kurang asem -_-

Terus plot twist-nya apa nih? Jadi kegiatan foto-foto tumbuhan waktu berburu itu ada tujuannya. Ternyata si Itsuki ini merupakan seorang fotografer terkenal sekaligus putra dari seorang seniman Jepang terkenal. Jadi dia ga 'beneran' sebatang kara gitu. Si Itsuki ini juga banyak mengenal tentang tumbuhan liar. Hasil fotonya itu dituang ke dalam buku yang dia rilis sama satu orang lagi gue lupa siapa namanya muehehe Dan Sayaka dateng ke acara perilisan bukunya itu, cuma dia ga berhasil menemui Itsuki secara langsung. Eh pas pulang, si Sayaka ketemu lagi sama Itsuki di tempat parkir sepeda. Terus mereka pergi ke pinggir sungai buat ngobrol. Itsuki ngejelasin semuanya ke Sayaka. Lalu di akhir cerita, mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya muehehe ga lebay.


Sebenarnya jalan cerita dari film ini cukup flat sampe ke bagian Itsukinya tiba-tiba pergi. Nah di situ mulai muncul banyak konflik. Tapi ke-flat-annya itu berasa menyenangkan gara-gara scene berburu yang bikin gue jadi pengen ikutan muehehe… Penokohannya dirasa udah cocok. Gue suka sama akting Mitsuki Takahata yang natural dan sosok Itsuki yang begitu hangat nan ramah yang berhasil dilakoni sama Gun-chan si member Sandaime J Soul Brothers :) Buat masalah *kebaperan di sini yah ada lah hehehe dan adegannya dieksekusi dengan cukup manis.

Gue juga suka banget sama adegan obrolan antara dua main roles di film ini waktu hampir ending. Di situ Itsuki pake kemeja putih yang dimasukin ke dalam celana bahan warna hitam terus lengannya digulung sampe siku, liatnya tuh rasanya haduuu tralala~

Buat backsound yang mengiringi film ini gue beneran suka, suka banget. Kalau kalian termasuk tipe penonton yang ga cuma memperhatikan gambar yang kalian lihat, pasti kalian bakal menilai kalau musik pengiring di film ini adalah bagus. Musik latarnya bener-bener magical. Jujur gue sampe donlod dan dengerin tiap hari :’) Dan di samping itu, gue paling inget salah satu kalimat yang dibilang Itsuki yang dia kutip dari Kaisar Showa:

“Tidak ada rumput yang bernama ‘parasit’,
karena semua jenis rumput memiliki nama mereka sendiri.”

Film ini menyuguhkan sesuatu yang sangat sederhana, dan karena kesederhanaannya itu yang pantas buat ditonton. Intinya bagi gue, setiap adegan berburu dan musik latar yang mengiringi sepanjang cerita adalah apa yang membuat film ini menjadi evergreen. Jadi score-nya 8.5/10. Selebihnya merupakan pendapat kita masing-masing. Yang belum nonton silakan dicicipi dulu filmnya. Yang udah nonton, jadi gimana pendapat kalian?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Live Action Love And Lies (Koi to Uso)

Review Mini Dorama: Are You Ready? Hey You, Girl! (Kakugo wa Iika Soko no Joshi)